Minggu, 06 Juni 2010

Tarumanagara

Sekitar Tahun 400:

Kerajaan Taruma atau Tarumanagara berdiri di kawasan Jawa Barat

Pendiri Tarumanegara (Tarumanagara) atau Kerajaan Taruma dipercaya adalah seorang maharesi dari Salankayana, Bharata, India. Namanya Maharesi Jayasingawarman. Ia datang ke wilayah Indonesia karena kekacauan dan penjajahan oleh pasukan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada di tanah leluhurnya.

Setelah diterima oleh Raja Dewawarman VIII di Kerajaan Salakanegara, Jayasingawarman dinikahkan dengan salah seorang putrinya. Ia kemudian membuka wilayah (diperkirakan di sekitar Bekasi sekarang, atau ada juga yang menyebuttnya di sekitar Bogor) dan mendirikan Kerajaan Taruma pada tahun 358.

Jayasingawarman diperkirakan wafat pada tahun 382 Masehi dan dimakamkan di dekat Kali Gomati, Bekasi. Pemerintahannya diteruskan oleh Dharmayawarman antara tahun 382 - 395 Masehi. Adapun raja-raja yang pernah memerintah antara lain:

358-382
Jayasingawarman

382-395
Dharmayawarman

395-434
Purnawarman

434-455
Wisnuwarman

455-515
Indrawarman

515-535
Candrawarman

535-561
Suryawarman

561-628
Kertawarman

628-639
Sudhawarman

639-640
Hariwangsawarman

640-666
Nagajayawarman

666-669
Linggawarman

Masa kejayaan Tarumanegara diperkirakan berada pada tahun 395-434, saat diperintah oleh Purnawarman. Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397. Ibukota ini letaknya lebih dekat ke pantai dan terkenal dengan nama Sundapura.

Di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 kerajaan daerah di bawah Tarumanegara. Wilayahnya terletak mulai dari sekitar Pandeglang (Rajatapura) hingga Purwalingga (diduga inilah asal usul nama kota Purbalingga) di Jawa Tengah. Secara umum wilayah kekuasaan meliputi hampir seluruh Jawa Barat; dari Banten, Jakarta, Bogor dan Cirebon

Pada masa Suryawarman berkuasa lebih banyak lagi kerajaan daerah yang dibangun. Pada tahun 526 misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan Kendan, yang terletak di kawasan Nagreg, wilayah perbatasan Bandung-Garut sekarang. Lalu pada masa Kertawarman (561-628) berdiri pula Kerajaan Galuh.

Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Kerajaan Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa. Ia memilih mengembangkan Kerajaan Sunda yang sebelumnya merupakan kerajaan daerah yang berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Kerajaan Sunda ini, kerajaan lain bernama Kerajaan Galuh memutuskan untuk berpisah dari Kerajaan Sunda. Akhirnya wilayah bekas Kerajaan Tarumanegara dibagi menjadi dua.

WANGSA SANJAYA

Kala 0605 Caka
Lahir Sang Jamri, Sanjaya
Ayah Sena, Prabu Bratasenawa (usia 22 th), Galuh
Ibu Dewi Sanaha, Kalingga
Tokoh 623 Caka, pergi ke kerajaan Sunda, menjadi ahli perang625 Caka , menikah dengan Sekar Kancana, putri Sunda645 Caka, Prabu di Sunda 2, penerus dari Tarusbawa 645 Caka, Prabu di Galuh 5, merebut dari Purbasora
654 Caka, Prabu Medang 1 di bumi Mataram, (Kalingga diganti nama menjadi Medang di Mataram)
Wafat 676 Caka, Sanjaya wafat di Medang, dalam usia 71 tahun
Adapun Rakyan Sanjaya putera raja Bratasennawa namanya.
Raja Bratasennawa puteranya Sang Mandiminyak, raja kerajaan Galuh di bumi Jawa Barat. Demikianlah, asal riwayatnya menurut tulisannya sang mahakawi, mengenai pertaliannya raja-raja Medang di bumi Mataram di tengah Pulau Jawa, sebuah pulau yang sangat dikagumi oleh sekalian penduduk.
Segala pemujaan dewa ada di situ. Di tengah bumi Pulau Jawa ada dua wangsa besar, yaitu wangsa Sanjaya dan wangsa Sailendra. Adapun wangsa Keling dan sejumlah wangsa lain lagi ada juga di situ.
Begini asal mula riwayat nenek‑moyang wangsa Sanjaya.
Sang Resiguru Sempakwaja tinggal di Galunggung wilayahnya Ia beristerikan pohaci Rababu namanya, seorang wanita yang sangat mempesona rupanya, bagaikan bulan penuh tanggal 14 paruh bulan terang, demikian hal ihwal kecantikannya.
Adik Sempakwaja, ialah Prabhu Mandiminyak namanya, menjadi raja di Galuh di bumi Jawa Barat. Pada waktu Sang Mandiminyak usianya remaja dijadikan putera mahkota. Ia dengan pohaci Rababu saling jatuh cinta. Oleh karena itu, Sang Mandiminyak dengan pohaci Rababu bersetubuh, karena keduanya telah benar-benar cinta, dan tidak diketahui oleh suaminya.
Kemudian pohaci Rababu mengandung, lalu melahirkan seorang putera laki-laki yaitu Sang Senna namanya. Sesungguhnya dari perkawinan pohaci Rababu dengan Sang Sempakwaja telah lebih dahulu berputera dua orang laki-laki, di antaranya masing-masing ialah Sang Demunawan namanya dan Sang Purbasora namanya.
Selanjutnya, Sang Mandiminyak ialah Sang Kumara kerajaan Galuh menikah dengan Dewi Parwati namanya. Adapun Dewi Parwati Itu puteri Dewi Sima namanya, rajarani di kerajaan Keling di bumi tengah Pulau Jawa. Dewi Sima menjadi ratu pada tahun 596 Caka (700 Masehi), menggantikan suaminya ialah Prabhu Kartikeyasingha, atau yang wafat di Gunung Mahameru gelarnya yang lain. Kerajaan ini bersahabat akrab dengan Maharaja Cina. Duta kerajaan Keling ada di sana, duta kerajaan Cina.ada di sini. Prabhu Kartikeyasingha telah dua kali mengirimkan dutanya pembesar-pembesar kerajaan ke kerajaan Cina, pertama pada tahun 570 Caka (674 Masehi), kedua pada tahun 588 Caka (692 Masehi), yaitu pada permulaan Sang Prabhu memerintah kerajaan.
Adapun asal mula wangsanya Sang Prabhu ialah dari negeri Bharata bagian selatan. Ayahnya, Sang Prabhu Keling, pada waktu memerintah kerajaan 8 tahun yang lalu, yaitu pada tahun 562 Caka (667 Masehi) dan pada tahun 554 Caka (657 Masehi) mengirim dutanya ke kerajaan Cina, karena itu juga duta kerajaan Cina datang ke sini. Dari perkawinan Sang Prabhu Kartikeyasingha dengan Dewi Sima, berputera 2 orang wanita dan laki‑laki, masing-masing ialah yang wanita Dewi Parwati diperisteri oleh Sang Mandiminyak dari Galuh, yang laki‑laki Sang Narayan namanya.
Sesudahnya Dewi Sima wafat pada tahun 617 Caka (720 Masehi), kemudian kerajaan dibuat dua wilayah kerajaan, di antaranya ialah yang wanita, Dewi Parwati, di sebelah utara, yang laki-laki, Sang Narayan, di sebelah selatan. Sang Mandiminyak, suami Dewi Parwati, tidak menggantikan di situ, karena ia menjadi raja di kerajaan Galuh.
Dari pernikahan Prabhu Mandiminyak dengan Dewi Parwati berputeralah seorang wanita, Dewi Sannaha namanya. Kemudian Dewi Sannaha diperisteri oleh Sang Bratasennawa, putera Sang Mandiminyak dengan Pohaci Rababu, istri Sang Sempakwaja. Dari pernikahan Sang Bratasennawa dengan Dewi Sannaha berputeralah laki-laki ialah Sanjaya, yang memperoleh gelar penobatan Sang Prabhu Sanjaya Ksatra Bhamaprakramayuddhenipuna Bratasennawaputra. Sang Sanjaya pertama-tama menjadi raja di Jawa Barat lamanya 9 tahun. Kemudian pada tahun 654 Caka (756 Masehi) hingga tahun 697 Caka (798 Masehi) ia menjadi raja di Jawa Tengah bumi Pulau Jawa. Adik Dewi Parwati ialah Sang Narayan menjadi raja di wilayah selatan pada tahun 617 Caka (720 Masehi) hingga 664 Caka (766 Masehi). Setelah Prabhu Narayan wafat, selanjutnya digantikan oleh puteranya ialah Sang Prabhu Dewa Singha namanya.
Namun kedua kerajaan itu ada di bawah kekuasaan Prabhu Sanjaya. Adapun negara di bagian tengah Pulau Jawa itu, terkenal namanya dengan sebutan kerajaan Medang di bumi Mataram. Untuk pertama kalinya nama Medang berasal pada masa Sanjaya memerintah di bagian tengah bumi Pulau Jawa. Pada waktu itu Sang Prabhu Dewa Singha memerintah wilayah selatan yang tunduk di bawah kekuasaan Sanjaya. Di situ Sanjaya menjadi raja selaku mahaprabhu, karena sekalian raja‑raja tetangga di Jawa Tengah dan Jawa Timur di bawah perintah Sanjaya.
Beberapa tahun yang telah lalu, raja-raja Jawa Barat dikalahkan oleh Sanjaya, bahkan beberapa kerajaan di Swarnabhumi dan Sanghyang Hujung dan kerajaan lainnya lagi ditundukkan oleh Sanjaya. Banyaklah keturunannya di Pulau Jawa menjadi raja, ada yang menjadi rakyan mahamentri, ada yang menjadi pranarajya, pembesar kerajaan, begitulah ada yang berdiam di Swarnabhumi, di Sanghyang Hujung, Yawana, negri Bharata; negeri Cina, melahirkan keturunan di sana ia banyaklah memperoleh kemenangan pada waktu berperang.
Angkatan bersenjatanya terdiri dari orang Sunda dan orang Jawa, yang dibawa olehnya sepanjang mereka setia dengan bersenjata lengkap menyerang musuh dengan berani. Tetapi buruknya Sanjaya bertabiat angkuh, gemar merebut kekuasaan raja yang lain, kemudian ditundukkan olehnya, tetapi raja yang setia tunduk kepadanya, lalu diangkat menjadi raja kembali.
Sanjaya disebut raja Pulau Jawa.
Demikianlah, setelah ia membunuh Prabhu Galuh Sang Purbasora di medan perang. Sejak waktu itu ia menjadi raja di kerajaan Galuh. Sementara itu, lalu negara Galuh bertambah besar termasuk Sunda dan Jawa wilayahnya.
Adapun Prabhu Sanjaya nenek-moyangnya berasal dari Sunda‑Keling, karena moyang dari ibunya dari Keling, ialah wangsa Kalingga, sedangkan moyang dari ayahnya dari Sunda­ Galuh ialah wangsa Sunda. Pamannya, Prabhu Dewa Singha putera Sang Prabhu Narayana, menjadi raja wilayah selatan menggantikan ayahnya.